Home » 2013 » July » 16 » SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA
4:56 PM
SI CACING DAN KOTORAN KESAYANGANNYA
Dua orang biksu merupakan teman dekat sepanjang hidup mereka. Setelah mereka meninggal, satu terlahir sebagai dewa di sebuah alam surga yang indah, sementara temannya terlahir sebagai seekor cacing di seonggok tahi.

Sang dewa segera merasa kehilangan kawan lamanya dan bertanya-tanya di manakah dia terlahir kembali. Dia tidak bisa menemukannya di dalam surga yang ditinggalinya, lalu dia pun mencari-cari temannya di alam-alam surga yang lain. Temannya tidak ada disana pula. Dengan kekuatan surgawinya, sang dewa mencari temannya di dunia manusia, namun tidak ketemu juga. Pastilah, pikirnya, temanku tidak akan terlahir di alam hewan, tetapi dia memeriksa alam hewan juga, siapa tahu? Masih saja tidak ada tanda-tanda temannya. Lalu, berikutnya, sang dewa mencari ke dunia serangga dan jasad renik, dan, kejutan besar baginya…, dia menemukan temannya terlahir sebagai seekor cacing di dalam seonggok tahi yang menjijikkan!

Ikatan persahabatan mereka begitu kuat, sampai-sampai melewati batas kematian. Sang dewa merasa dia harus membebaskan kawan lamanya ini dari kelahirannya yang mengenaskan tersebut, entah karma apa yang membawanya ke situ.

Sang dewa lalu muncul di depan onggokan tahi tersebut dan memanggil, "Hei, cacing! Apakah kamu ingat aku? Kita dahulu sama-sama jadi biksu pada kehidupan sebelumnya dan kamu adalah teman terbaikku. Aku terlahir kembali di alam surga yang menyenangkan, sementara kamu terlahir di tahi sapi yang menjijikkan ini. Tetapi jangan khawatir, karena aku akan membawamu ke surga bersamaku. Ayolah, kawan lama!”

"Tunggu dulu!” kata sicacing, "apa sih hebatnya ‘alam surga’ yang kamu ceritakan itu? Aku sangat bahagia di sini, bersama tahi yang harum, nikmat, dan lezat ini. Terima kasih banyak!”

"Kamu tidak mengerti!” kata sang dewa, lalu dia melukiskan betapa menyenangkan dan bahagianya berada di alam surga.

"Apakah di sana ada tahi?” Tanya si cacing, to the point.

"Tentu saja tidak ada!” dengus sang dewa.

"Kalau begitu, aku ogah pergi!” jawab si cacing mantap. "Sudah ya!” Dan si cacing pun membenamkan dirinya ke tengah onggokan tahi tersebut.

Sang dewa berpikir, mungkin kalau si cacing sudah melihat sendiri alam surga itu, barulah dia akan mengerti. Lalu sang dewa menutup hidungnya dan menjulurkan tangannya ke dalam tahi itu, mencari-cari si cacing. Begitu ketemu, dia menariknya.

"Hei ! Jangan ganggu aku!” teriak si cacing. "Tolooong! Darurat! Aku diculiiik!” Cacing kecil yang licin itu mengeliat dan meronta sampai terlepas, lalu kembali menyelam ke onggokan tahi untuk bersembunyi.

Sang dewa yang baik hati ini kembali merogohkan tangannya ke dalam tahi, dapat, dan mencoba menariknya keluar sekali lagi. Nyaris bisa keluar, tetapi karena si cacing berlumuran lendir dan terus mengeliat membebaskan diri, akhirnya terlepas lagi untuk kedua kalinya, dan bersembunyi makin dalam lagi di dalam tahi. Seratus delapan kali sang dewa mencoba mengeluarkan cacing malang itu dari onggokan tahinya, namun si cacing begitu melekat dengan tahi kesayangannya, sehingga dia terus meloloskan diri!

Akhirnya, sang dewa menyerah dan kembali ke surga, meninggalkan si cacing bodoh di dalam onggokan kotoran kesayangannya.

---Ajahn Brahm
Dari buku: Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya
Bab 108
Category: Kumpulan Cerita | Views: 872 | Added by: edy | Tags: cerita, Ajahn Brahm | Rating: 1.0/1
Total comments: 0
ComForm">
avatar