Home » 2013 » July » 16
Seorang tua yang tak berpendidikan tengah mengunjungi sebuah kota besar untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dibesarkan di sebuah dusun di pegunungan yang terpencil, bekerja keras membesarkan anak-anaknya, dan kini sedang menikmati kunjungan perdananya ke rumah anak-anaknya yang modern.

Suatu hari, sewaktu dibawa berkeliling kota, orang tua itu mendengar suara yang menyakitkan telinga. Belum pernah dia mendengar suara yang begitu tidak enak didengar semacam itu di dusunnya yang sunyi. Dia bersikeras mencari sumber bunyi tersebut. Dia mengikuti sumber suara sumbang itu, dan dia tiba disebuah ruangan di belakang sebuah rumah, di mana seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.

"Ngiiik! Ngoook!” berasal dari nada sumbang biola tersebut.

Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan "biola”, dia memutuskan untuk tidak akan pernah mau lagi mendengar suara yang mengerikan tersebut.

Hari berikutnya, di bagian lain kota, orang tua ini mendengar sebuah suara yang seolah membelai-belai telinga tuanya. Belum pernah dia mendengar m ... Read more »
Category: Kumpulan Cerita | Views: 734 | Added by: edy | Date: 2013-07-16 | Comments (0)

Dua orang biksu merupakan teman dekat sepanjang hidup mereka. Setelah mereka meninggal, satu terlahir sebagai dewa di sebuah alam surga yang indah, sementara temannya terlahir sebagai seekor cacing di seonggok tahi.

Sang dewa segera merasa kehilangan kawan lamanya dan bertanya-tanya di manakah dia terlahir kembali. Dia tidak bisa menemukannya di dalam surga yang ditinggalinya, lalu dia pun mencari-cari temannya di alam-alam surga yang lain. Temannya tidak ada disana pula. Dengan kekuatan surgawinya, sang dewa mencari temannya di dunia manusia, namun tidak ketemu juga. Pastilah, pikirnya, temanku tidak akan terlahir di alam hewan, tetapi dia memeriksa alam hewan juga, siapa tahu? Masih saja tidak ada tanda-tanda temannya. Lalu, berikutnya, sang dewa mencari ke dunia serangga dan jasad renik, dan, kejutan besar baginya…, dia menemukan temannya terlahir sebagai seekor cacing di dalam seonggok tahi yang menjijikkan!

Ikatan persahabatan mereka begitu kuat, sampai-sampai melewati batas kematian. Sang dewa merasa dia harus membebaskan kawan lamanya in ... Read more »
Category: Kumpulan Cerita | Views: 871 | Added by: edy | Date: 2013-07-16 | Comments (0)

Seorang biksu Jepang muda, berkeinginan kuat untuk mencapai Nirwana dalam kehidupan ini juga, mengasingkan diri untuk bermeditasi di sebuah pertapaan, di sebuah pulau di tengah telaga, tak jauh dari sebuah wihara terkenal. Dia ingin tercerahkan sendini mungkin dalam hidupnya, setelah itu dia bisa mngurusi hal-hal lainnya.

Ketika pelayan wihara datang dengan sampan kecilnya untuk mengantarkan pasokan mingguan, si biksu muda menitipkan pesan untuk meminta beberapa helai kertas perkamen yang mahal, sebuah pena bulu ayam, dan sebotol tinta bermutu tinggi. Dia akan segera mengakhiri tiga tahun pertapaan dalam kesunyiannya dan ingin mengabari kepala wihara betapa hebat pencapaiannya.

Perkamen, pena, bulu ayam, dan sebotol tinta tiba pada minggu berikutnya. Beberapa hari kemudian, setelah meditasi dan merenung mendalam, si biksu muda menulis sebuah puisi pendek dalam kaligrafi yang sangat elok di atas perkamen bagus itu, isinya seperti ini:

Biksu muda yang tekun
Tiga tahun bermeditasi dalam kesendirian
Tak kan tergoyahkan lagi
Oleh e ... Read more »
Category: Kumpulan Cerita | Views: 846 | Added by: edy | Date: 2013-07-16 | Comments (0)

SAUDARA-SAUDARA SEKALIAN!

Saya telah minta saudara-saudara hadir disini untuk menyaksikan satu peristiwa maha-penting dalam sejarah kita.

Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjoang, untuk kemerdekaan tanah air kita bahkan telah beratus-ratus tahun!

Gelombang aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya dan ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita.

Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti-hentinya.

Di dalam jaman Jepang ini, tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga sendiri, tetapi kita percaya kepada kekuatan sendiri.

Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil sikap nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnya.

Maka kami, tadi malah telah mengadakan musyawarat dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Ind ... Read more »
Category: Pidato Bung Karno | Views: 804 | Added by: edy | Date: 2013-07-16 | Comments (0)