Home » 2013 » July » 10 » PERBUATAN BERAKAR DARI NIAT
8:10 PM
PERBUATAN BERAKAR DARI NIAT
Akar dari segala perbuatan adalah niat. Niat mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadapat seperti apa bentuk perbuatan dan hasil dari perbuatan tersebut. Dapat dikatakan perkerjaan-perkerjaan besar dan karya-karya besar adalah refleksi atau gambaran langsung dari niat pelakunya. Dan dapat dipastikan tidak ada satupun karya besar yang pernah tercipta di muka bumi ini yang tidak berakar dari sebuah niat yang kuat dan besar pula. Secara sederhana niat dapat kita artikan sebagai alasan yang mendasari seseorang melakukan pekerjaan. Untuk apa dan karena apa seseorang melakukannya? Dan berdasarkan ini, dalam dunia kerja, alasan seseorang menjalani sebuah pekerjaan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan. Ada orang yang bekerja dengan menjadikan upah sebagai alasan utamanya, ada orang yang berkerja dengan menjadikan prestasi sebagai alasan utamanya, dan ada juga orang yang bekerja dengan menjadikan pemenuhan batin atau pemenuhan panggilan jiwa sebagai alasan utamanya. 

Orang-orang yang bekerja dengan menjadikan upah sebagai alasan utamanya, adalah orang yang mengukur-ukur seberapa semangat yang akan ia pakai, seberapa besar tenaga dan pikiran yang akan ia kerahkan, semua itu haruslah sebanding dengan upah yang ia terima atau yang akan ia terima. Orang yang berorientasi kepada upah akan merasa rugi ketika ia dituntut untuk bekerja ekstra yang dianggapnya tidaklah sepadan dengan upah yang ia terima. Prinsip kerja mereka adalah karena saya diupah sekian, maka kerja yang saya berikan sekian saja; lebih dari itu saya rugi. Orang yang berada pada tingkat ini sering kali membatasi diri dan potensi yang mereka kerahkan dalam bekerja, dan mereka akan menjadi pribadi yang lamban berkembang dan akan minim prestasi. Umumnya bukan karena mereka tidak berpotensi, melainkan karena mereka membatasi diri mereka. Dan bahayanya jika mereka terjebak pada paradigma sempit demikian, mereka akan melewati masa yang sangat panjang tanpa prestasi yang berarti. Adalah baik bagi mereka untuk belajar dari perjalanan mereka dan kemudian menjadi mengerti bahwa membangun prestasi adalah berarti sama dengan meningkatkan upah yang akan ia terima. Dengan kesadaran tersebut, dengan bergesernya paradigma yang berorientasi kepada upah menjadi berorientasi kepada prestasi, mereka akan terangkat ke tingkatan yang lebih tinggi.

Orang-orang yang bekerja dengan menjadi prestasi sebagai alasan utamanya,  adalah orang-orang yang telah menyadari bahwa upah adalah hanyalah efek dari prestasi. Sehingga orientasi kerja mereka tidaklah lagi pada upah yang ia terima. Kesenangan mereka telah bergerak dari kesenangan menerima upah menjadi kesenangan berprestasi. Mencapai prestasi-prestasi yang baik menjadi kegiatan yang menghibur emosi mereka dan menjadi sebuah kebanggan bagi mereka. Mereka terpacu untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya. Upah yang ia terima dari prestasi yang ia capai tidaklah lebih membahagiakan mereka dari mencapai prestasi itu sendiri. Mereka tidak lagi membatasi potensi mereka; dan selalu berusaha memberikan yang terbaik yang mereka mampu. Melalui prestasi yang dicapainya ia merasa dirinya teraktualisasikan. Ia melihat dirinya bertumbuh, ia menyaksikan kehebatan dan potensi yang ia miliki. Namun demikian, meskipun mencapai level ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa, namun ia hanyalah sebuah tingkatan yang darinya seseorang harus terus bergerak ke tingkatan yang lebih tinggi. Salah satu jebakan yang berbahaya yang bisa menjatuhkan orang yang berada pada tingkat ini adalah kebutuhannya untuk dihargai dan diakui oleh orang lain. Oleh karena itu orang yang berada pada tingkat ini harus terus bergerak ke tingkatan yang lebih tinggi; kepada pemenuhan batin sebagai alasan utama dalam bekerja.

Orang-orang yang bekerja dengan pemenuhan batin atau pemenuhan panggilan jiwa sebagai alasan yang mendasarinya, sering dilihat sebagai orang-orang yang tidak rasional. Mereka memang orang-orang yang berada di luar dari umumnya orang. Mereka orang-orang yang luar biasa. Mereka orang-orang yang sanggup untuk mengorbankan jiwa raga mereka untuk sebuah pekerjaan atau tugas. Mereka terserap dengan tugas dan tanggung jawabnya; lebur dan menyatu. Mereka tidaklah lagi mengharapkan upah, tidaklah lagi mengharapkan pujian atas prestasi mereka; yang mereka tahu hanyalah hidup seutunya. Mereka memandang bekerja sebagai sebuah bakti. Sebagai sebuah pemenuhan yang mereka sadari sebagai alasan mereka diciptakan. Kebahagiaan mereka adalah dalam mempersembahkan.

Category: Management | Views: 734 | Added by: edy | Tags: bekerja, karakter, niat | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
ComForm">
avatar