Home » 2015 » January » 31 » Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh
12:07 PM
Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh

Falsafah hidup yang berasal dari kearifan orang Sunda yang satu ini tentunya bukanlah hal asing di telinga kita. Silih asah, silih asih, silih asuh dapat dikatakan merupakan salah satu falsafah yang telah banyak diajarkan di sekolah-sekolah. Keutamaan dari falsafah ini adalah juga dikarenakan ia merupakan satu kesatuan sikap yang harus menjiwai suatu masyarakat agar masyarakat tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi masyarakat yang kuat, bersatu dan sejahtera. Silih asah yang memiliki arti saling memintarkan, silih asih yang berarti saling sayang menyayangi dan silih asuh yang berarti saling memelihara, adalah tiga bentuk prilaku yang harus dijaga keberadaannya dalam suatu masyarakat. Dapat dikatakan ini merupakan sebuah formula untuk mewujudkan sebuah tatanan masyarakat yang baik dan sehat. Yang dengan itu maka ketiga bentuk interaksi dalam falsafah tersebut penting untuk dipastikan menjadi sebuah budaya hidup yang menjiwai kesehariaan dalam masyarakat kita.

Agar falsafah ini dapat menjadi sebuah budaya hidup yang mewarnai keseharian masyarakat kita, maka tentu falsafah ini haruslah diajarkan dengan baik kepada masyarakat agar nilai-nilai dan keutamaannya dapat dipahami dengan jelas oleh masyarakat. Falsafah ini tidak saja perlu diajarkan sebagai sebuah peninggalan yang harus diingat oleh kita, melainkan juga ini merupakan kearifan hidup yang darinya kita akan mendapatkan berkah dan kebaikan jika kita mampu mengimplentasikannya dalam kehidupan. Dan lebih lagi dari itu, ini juga harus dipahami merupakan bagian dari keindonesiaan kita. Ini merupkan bagian dari kerakteristik dan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Menjadikan ini sebagai bagaian dari kehidupan kita juga merupakan bagian dari cara kita untuk menjadi Indonesia.

Silih asah atau budaya saling memintarkan haruslah tumbuh dengan kuat dalam kehidupan bermasyarakat kita. Terwujudnya masyarakat yang cerdas merupakan sebuah syarat terbentuknya tatanan masyarakat yang kuat. Silih asah dalam praktek kehidupan keseharian kita dilakukan dengan saling ingat mengingatkan, saling mengajarkan dan saling berbagi ilmu dan pengetahuan yang berguna satu sama lainnya. Pendidikan dan pengajaran tidak saja harus dilakukan di sekolah-sekolah atau di fakultas-fakultas melainkan juga di setiap ruang dan segala aspek di kehidupan bermasyarakat kita. Budaya belajar harus berlangsung dalam berbagai kegiatan keseharian kita. Pengetahuan haruslah dengan bebas bergerak menjangkau setiap orang melalui buku-buku, melalui media cetak, internet, radio, televisi dan juga dari mulut ke mulut. Kita juga harus dapat meminimalisir informasi-informasi yang tidak berguna yang beredar dan menjadi konsumsi masyarakat. Pendidikan harulah menjadi sebuah hal yang meriah dan berlangsung diberbagai kalangan. Seberapa baik proses itu dapat kita budayakan akan sangat menentukan seberapa baik kita tumbuh menjadi masyarakat yang cerdas.

Silih asih atau rasa saling menyayangi juga tentulah harus menjadi budaya yang mendarah-daging di kehidupan masyarakat kita karena ini merupakan kunci dari terwujudnya sebuah masyarakat yang bersatu dengan kokoh. Menumbuh-kembangkan budaya silih asih mestilah dilakukan dengan membangun kesadaran akan arti kesatuan dan kesamaan nilai-nilai kemanusiaan. Kesadaran bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lainnya, kesadaran bahwa setiap manusia terlahir dengan kebutuhan dan kecenderungan yang sama, kesadaran bahwa kedamaian hanya dapat terwujud ketika manusia bersedia untuk saling bersaudara, kesadaran bahwa bermusuhan dan berpecah belah hanya akan membawa manusia kepada kesengsaraan dan kehancuran, dan berbagai kesadaran serupa lainnya harus tumbuh agar sikap silih asih ini dapat menajadi sikap yang mewarnai keseharian kehidupan bermayarakat kita. Dan jika sikap hidup yang demikian ini dapat diwujudkan maka sungguhlah kita benar-benar akan menjadi masyarakat yang sangat-sangat kuat.

Silih asuh atau sikap saling memelihara juga dapatlah dikatakan merupakan sikap yang hanya dapat mengakar dan menjadi budaya keseharian masyarakat jika kesadaran akan kesatuan dan kesamaan nilai-nilai kemanuasiaan tadi telah terbentuk. Kesadaran akan ini memanglah merupakan hal yang fundamental. Kita mesti dapat menghilangkan batas-batas yang telah menyebabkan kita terkotak-kotak dan terpecah-belah. Perbedaan-perbedaan seperti agama, suku, ras atau kelompok tidaklah boleh membuat kita menjadi terpisah, terpecah dan saling memusuhi. Umat manusia itu ditakdirkan untuk bersaudara. Dan di dalam persaudaaraan itulah umat manusia dapat menemukan kedamaian dan kesempurnaannya. Saling memangsa, saling menganiaya dan saling memakan bukanlah bagian dari kemanusiaan. Itu adalah isme-isme kebinatangan yang tidak boleh ada dan menjadi bagian dalam kehidupan kita manusia. Setiap orang tanpa terkecuali haruslah disadarkan akan kemanusiaannya. Akan bagaimana menjalani hidup sebagai manusia. Dan ciri utama manusia dan kemanusiaannya adalah cinta kasih. Ketika seorang manusia menanggalkan cinta kasih dari dirinya maka saat itu juga ia telah kehilangan kemanusiaannya. Cinta kasih adalah penentu baik buruknya tumbuh kembang peradaban umat manusia.

Category: Seputar Indonesia | Views: 791 | Added by: edys | Tags: falsafah, Sunda, Indonesia | Rating: 3.0/1
Total comments: 0
ComForm">
avatar