Home » 2012 » November » 1 » PANCASILA MEMBEBASKAN AGAMA DARI EKSKLUSIFISME
12:36 PM
PANCASILA MEMBEBASKAN AGAMA DARI EKSKLUSIFISME
Mungkin dapat disebut pasti bahwa agama-agama yang ada hari ini, dalam sejarah perjalanannya dan dalam rentan waktu yang panjang yang dilaluinya itu, telah banyak menanamkan kepada para pengikutnya pemahaman-pemahaman yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap agama yang dianutnya. Dan tentu saja kita dapat menganggap sebagai sebuah kewajaran jika sebuah agama menanamkan dan menumbuhkembangkan rasa cinta dan rasa bangga para pengikutnya atas agama yang dianutnya itu. Bahkan jika suatu agama demi untuk mempertahankan loyalitas para penganutnya, kemudian menanamkan bahwa ajaran agama tersebut adalah satu-satu jalan yang menyelamatkan dan bahwa ajaran agamanya adalah ajaran terbaik, itu pun merupakan hal masih dapat kita maklumi. Namun walaupun hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai sebuah kewajaran yang telah terjadi di masa-masa sebelum ini, tumbuhnya sikap-sikap eksklusifisme di kalangan para pemeluk agama adalah sebuah akibat negatif yang mesti menjadi perhatian serius setiap agama saat ini. 

Tidak harmonisnya hubungan antar umat beragama, saling curiga mencurigai, sampai dengan konflik horisontal, adalah dampak-dampak dari eksklusifisme yang terlanjur mengakar. Dan bahkan pada sebahagiaan kalangan atau kelompok, dimana doktrin eksklusifisme ini begitu kuatnya mengakar dan mendarah daging, bagi mereka setiap orang yang tidak berkeyakinan atau tidak beragama sebagaimana keyakinan dan agama yang dianutnya, mereka adalah kafir. Bagi mereka, ekspresi kesetiaan mereka kepada agama yang mereka anut itu adalah dengan berupaya menjadikan agama mereka sebagai satu-satunya agama yang boleh ada atau menjadi agama yang harus berkuasa atas agama yang lain. Dan pada setiap tradisi agama manapun, mitos perang akhir zaman nampak menjadi bayang-bayang takdir yang harus mereka lewati. Artinya, sebahagiaan kalangan pada beberapa agama itu benar-benar sedang bersiap atau mempersiapkan diri untuk menghadapi perang.

Eksklusifisme yang mengakar itu telah menjadi dinding tebal yang memisahkan agama yang satu dengan yang lainnya dan membuat para pemeluknya terkotak-kotakan. Sehingga ajaran tentang persatuan dan persaudaraan yang ada dalam setiap agama, yang sejatinya bersifat universal, pun menjadi persatuan dan persaudaraan yang bersifat terbatas. Saudaranya orang Islam adalah orang Islam. Saudaranya orang Kristen adalah orang Kristen. Saudaranya orang Hindu adalah orang Hindu. Saudaranya orang Buddha adalah orang Buddha. Yang tidak seagama dengan mereka bukan saudara mereka. Persatuan dan persaudaraan pun seolah harus dibingkai oleh dan atas nama agama, bukanlah lagi oleh dan atas nama Tuhan dan bukanlah lagi oleh dan atas nama Kemanusiaan. Padahal tidak ada satu agama pun yang lebih besar dari Tuhan dan yang lebih tinggi dari kemanusiaan.

Tentu saja tidaklah mudah untuk membebaskan umat manusia dari jerat-jerat pemikiran salah kaprah yang terlanjur membelenggu tersebut. Namun demi dapat terwujudnya Persaudaraan Global yang menjadi cita-cita dan kodrat umat manusia, mestilah ditemukan sebuah jalan. Mestilah ditemukan sebuah solusi. Dan karena itu, ajaran tentang persatuan dan persaudaraan yang ada dalam setiap agama, yang sejatinya bersifat universal tadi, oleh karena telah menjadi kehilangan keuniversalannya lantaran sebab eksklusifisme agama, mestilah ditarik keluar dan menjadi berdiri sendiri serta seolah terpisah dari agama. Meski seolah terpisah dari agama, namun haruslah ia merupakan intisari dari ajaran setiap agama--hanya saja tidak lagi diberi lebel agama. Dan meski ia berasal dan merupakan inti sari dari setiap agama, namun ia haruslah ia tidak membawa identitas satu agama tertentu karena ia haruslah bersikap netral dan tidak berpihak, serta haruslah ia membenarkan dan dapat merangkul semua.

Pancasila adalah ajaran dasar dari setiap agama. Pancasila adalah ajaran persatuan dan persaudaraan. Pancasila adalah ajaran cinta kasih. Pancasila adalah jalan yang memungkinkan umat manusia mendapatkan kembali keuniversalan ajaran persatuan dan persaudaraan. Pancasila adalah solusi yang memungkinkan manusia untuk dapat melihat dan mengenali kembali ajaran sejati agama mereka masing-masing. Pancasila, meskipun mungkin tidak dapat disebut sebagai agama, namun ia akan menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang sangat beragama. Pancasila adalah sebuh neraca yang menjadi ukuran keberagamaannya sebuah agama. Pancasila adalah batu ujian bagi setiap pemeluk agama dalam membuktikan diri keberagamaannya. Pancasila adalah sebuah cermin bagi setiap agama hingga dengannya mereka menjadi mengerti bahwa meski mereka berbeda, hakikinya mereka adalah satu dan bersaudara. Bhineka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa. Yang berbeda-beda itu yang satu itu, tidak ada kebenaran yang mendua. Dan dengan itu semua, maka dapat kita katakan bahwa Pancasila adalah karunia bagi bangsa ini, bagi dunia, dan bagi agama sebagai pembebas dari belenggu eksklusifisme.
Category: Nasionalisme Indonesia | Views: 756 | Added by: edy | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
ComForm">
avatar