Home » 2014 » August » 14 » 32. SAVE YOURSELF FROM THE MESHES OF OTHER PEOPLES’ KINDESS
10:55 AM
32. SAVE YOURSELF FROM THE MESHES OF OTHER PEOPLES’ KINDESS

LANGKAH KE EMPAT

32. SAVE YOURSELF FROM THE MESHES OF OTHER PEOPLES’ KINDESS
Lindungi dirimu dari jala kebaikan orang lain


Jangan sampai kau tertangkap dan terperangkap dalam jala itu. Jangan sampai hilang kebebasanmu.

Ada yang sedang memancing dengan alat pemancing dan cacing sebagai umpan. Ada pula yang melemparkan jala kebaikan dan berusaha untuk menangkap kita. Kita harus menolak keduanya. Jala kebaikan tidak lebih baik daripada alat pemancing yang menggunakan cacing sebagai umpan.

Hendaknya kita tidak terbebani oleh kebaikan yang dilakukan oleh orang lain, sehingga tidak mampu berdiri tegak lagi. Dalam keseharian hidup, janganlah meminjam sesuatu dari orang lain. Janganlah tergantung pada pinjaman orang

Lihat saja apa yang terjadi pada Negeri kita. Karena tergantung pada pinjaman luar negeri, kita mau tak mau, suka tak suka harus menjalani perintah para pemberi pinjaman. Sebagai bangsa kita rugi sekian kali, karena uang pinjaman itupun tidak semuanya dinikmati oleh rakyat kecil. Banyak yang disalahgunakan, namun pengembaliannya menjadi tanggungan seluruh rakyat Indonesia, maka harga minyak naik terus, tarif tol, listrik, dan telepon disesuaikan terus. Petugas pajakpun tetap mengejar para wajib pajak yang sudah memiliki itikad baik untuk membayar pajak. Arogansi membuat pejabat kita segan mengajukan permohonan untuk penghapusan pinjaman, karena mereka pun sadar apa yang terjadi dengan pinjaman-pinjaman itu, kemana perginya, digunakan untuk apa — untuk mensejahterakan rakyat atau memperkaya beberapa gelintir orang..

Jala kebaikan para pemberi pinjaman pun telah memerangkap kita. Kita sudah betul-betul terperangkap di dalamnya. Kita sudah tidak memiliki kebebasan untuk menentukan sikap. Keputusan-keputusan yang kita ambil mesti mencerminkan kepentingan mereka. Keadaan ini ungguh sangat menyedihkan, namun kita bisa keluar dari keadaan ini — "bisa” apabila "mau”, apabila kita betul-betul ingin keluar. Caranya ? Bebaskan diri dari jala para pemberi pinjaman itu. Tidak boleh ada pinjaman baru. Pinjaman lama dimohon penghapusannya, setidaknya sebagian, karena ada "bagian” yang tidak dinikmati oleh rakyat dan hanya dinikmati oleh beberapa gelintir orang. Para pemberi pinjamanpun mengetahui hal itu. Mereka tidak bersuara. Mereka tetap memberikan pinjaman. Sekarang merekapun harus bertanggung jawab terhadap keteledoran atau kesengajaan itu. Janganlah membebani rakyat kecil yang tidak tahu menahu bagaimana menguapnya sebagian dari pinjaman-pinjaman itu.

Udasin — bila belum mampu, hentikan pembangunan fisik yang tidak perlu dan tidak menjadi kebutuhan. Sadarkan para pejabat dan para wakil rakyat supaya tidak menghamburkan pendapatan negara dar pajak dan usaha-usaha lain untuk tinggal di hotel mewah dan menikmati tunjangan khusus selama membuat rancangan undang-undang yang tidak peka terhadap aspirasi rakyat.

Seluruh biaya pembuatan rancangan undang-undang yang tidak waras dan akhirnya ditolak atau perlu dirombak harus dibebankan kepada pembuatnya. Berikan pelajaran yang jelas dan tegas kepada mereka, supaya lain kali tidak lagi membuang waktu, energi, dan uang negara untuk hal-hal yang tidak berguna.

Para pejabat dan wakil rakyat harus membebaskan diri dari jala kebaikan para sponsor mereka, bahkan dari jala kebaikan partai-partai yang mengantar mereka ke pemerintahan dan gedung bundar di Senayan. Mereka harus bertindak tanpa pilih kasih demi kepentingan rakyat dan bangsa Indonesia; bukan demi negara saja, apalagi demi pemerintahan dan kedudukan. "Adanya Negara,” saya mengutip Bapak Bangsa Turki Modern Ataturk, " adalah karena rakyat, karena bangsa.” Negara ibarat rumah, bangsa, rakyat, adalah penghuni rumah itu. Tanpa penghuni, rumah bukanlah rumah. Rumah menjadi bangunan yang tidak berguna.

Banyak sekali pejabat yang bahkan tidak dapat membebaskan diri dari jala kebaikan para mentor dan atasan mereka yang korup. Mereka malah dilindungi. Ah, kita harus membaca ulang Bhagavad Gita dan merenungkan makna pesan Shri Krishna di medan perang Kurukshetra: Bertindaklah sesuai dengan kesadarnmu, abaikan keterikatan yang melemahkan jiwamu.

 

DENGAN SEMANGAT DAN KETEKUNAN: KESADARAN DAPAT DIPERTAHANKAN !

 

Kata kunci untuk mempertahankan kesadaran ialah: kerja keras. Dan, untuk bekerja keras tentunya dibutuhkan semangat dan ketekunan.

Bagi Resi Gotama, kesadaran bukanlah beban. Kesadaran justru membahagiakan.

Shvetaketu bertanya: "Bila memang demikian, sesungguhnya setiap makhluk pasti menginginkan kesadaran. Bukankah setiap makhluk ingin bahagia ?”

"Ya, ya, memang demikian,” sang Resi membenarkan pendapat putranya.

"Tapi seperti apakah kebahagiaan itu ? Bagaimana membedakannya dengan kenikmatan sesaat ?”

"Ciri khas Kebahagiaan Sejati adalah aktifitas, kerja nyata, kerja keras, ketekunan, semangat. Ia yang bahagia tidak pernah bermalas-malasan. Mereka yang bermalas-malasan sesungguhnya belum berbahagia. Mereka sekedar menikmati buah perbuatan mereka, hasil pekerjaan mereka di masa lalu. Kenikmatan mereka bersifat sementara. Pikirannya lumpuh, kehendaknya lemah.”

"Kehendak adalah will power, bukan keinginan, bukan want, buan kebutuhan, bukan need.Will power berarti "keyakinan pada diri sendiri, pada kemampuan diri dan kesiapsediaan untuk berkarya atas dasar kemampuan itu”.

"Kebahagiaan Sejati datang dari sesuatu yang tak terbatas, sementara kenikmatan adalah adalah hasil dari perbuatan yang terbatas. Keterbatasan kita dalam hal berbuat tidak dapat menghasilkan Kebahagiaan Sejati.”

"Kebahagiaan Sejati berasal dari Keberadaan Yang Tak Terbatas, berasal dari dalam dirimu sendiri, Shvetaketu. Karena, Tat Tvam Asi — sesungguhnya, Shvetaketu, Itulah Kau !”

Category: 5 Steps to Awareness | Views: 603 | Added by: edy | Tags: anand krishna, spiritual | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
ComForm">
avatar