Home » 2015 » March » 31 » Islam Itu Agama Damai dan Untuk Perdamaian
9:36 PM
Islam Itu Agama Damai dan Untuk Perdamaian

Islam mempunyai akar kata yang sama dengan 'salam' yang berarti selamat atau sejahtera, 'saliim' yang berarti bersih atau suci, 'salm' yang berarti damai atau perdamaian dan juga aslama yang berarti tunduk atau berserah diri. Jadi dari sudut pandang bahasa dapatlah kita maknai bahwa kehadiran Islam sebagai sebuah agama adalah untuk menjadi jalan hidup yang menghantarkan manusia mencapai keselamatan dan kesejahteraan, menghantarkan manusia untuk mencapai kesucian jiwa, menghantarkan manusia untuk mencapai kedamaian dan mewujudkan perdamaian yang kesemuanya itu harus diwujudkan dengan cara tunduk berserah diri kepada kehendak Allah. Dalam Agama Islam diyakini bahwa hanya dengan cara tunduk dan berserah diri kepada ketetapan Allah sajalah segala kebaikan sebagaimana disebutkan itu dapat diwujudkan. 

Jika kita bicara tentang Islam tentu kita mengenalnya sebagai sebuah ajaran hidup yang dibawa oleh Nabi Muhamad SAW, yang berkembang di Saudi Arabiah dan kemudian dianut oleh lebih dari dua miliar umat manusia yang hidup di bumi ini hari ini. Namun demikian, kita juga harus mengerti bahwa sebagai sebuah ajaran, Islam sesungguhnya telah ada bahkan sejak zaman Adam. Dan para Nabi Allah yang lain selain Nabi Muhamad juga membawa dan mengajarkan Islam. Pemahaman kita bahwa Islam adalah sebuah ajaran yang bersifat kekal dan telah dibawa serta diajarkan dari zaman ke zaman oleh para nabi Allah akan membuat kita lebih mudah melihat esensi dari ajaran Islam itu sendiri. Karena sebagaimana kita ketahui dan pahami bahwa dalam sejarah kehadiran para nabi Allah dari zaman ke zaman, Islam telah dihadirkan dalam rupa dan bentuk yang berbeda. Tapi walaupun demikian, esensi dari kesemuanya adalah sama. Esensi dari kesemuanya adalah Islam.

Esensi dari ajaran Islam yang dibawa oleh para nabi dari zaman ke zaman adalah ajaran perserahan diri kepada Allah Tuhan semesta alam. Karenanya itulah para pemeluk Islam itu disebut dengan sebutan Muslim yang berarti orang yang berserah diri. Dalam Islam diyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Allah adalah pencipta, penguasa dan pemelihara atas seluruh alam semesta ini. Dia adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang senantiasa mengurus seluruh mahluk dan ciptaan-Nya. Dia yang telah menciptakan umat manusia dan menetapkan atas manusia bahwa setiap kebaikan dan keburukan yang diperbuat oleh manusia pastilah akan diberikan balasan oleh-Nya dengan seadil-adilnya. Allah mengajarkan kepada manusia kasih sayang, keadilan dan persaudaraan. Kasih sayang, keadilan dan persaudaraan inilah yang akan membawa kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan bagi umat manusia. Jadi, dapatlah disimpulkan bahwa terdapat dua hal pokok yang menjadi inti sari dari ajaran Islam. Hal pokok yang pertama adalah membangun hubungan baik kepada Allah Tuhan semesta alam dan hal pokok yang kedua adalah membangun hubungan baik kepada sesama manusia. Dalam ajaran Islam kedua hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seseorang tidak dapat disebut telah mengabdi kepada Allah tanpa ia membaktikan diri untuk melayani sesama manusia. Dan seseorang juga tidak dapat disebut telah membaktikan diri melayani sesama manusia dengan baik tanpa meniatkan semua itu untuk mencari keridhoan dan cinta Allah semata.

Islam sesungguhnya adalah ajaran kekal sekekal Tuhan Semesta Alam itu sendiri karena Islam adalah isme Allah yang selalu ada selama Allah ada. Bentuk dan rupa Islam dari zaman ke zaman memang bisa berbeda. Namun perbedaan bentuk, rupa dan tata cara yang dibawa oleh satu nabi dengan nabi yang lainnya janganlah sampai mengecoh kita dari mengenali Islam itu sendiri. Kehadiran seorang nabi pada satu zaman dan hadir lagi kemudian seorang nabi yang lainnya di zaman yang lain, bukanlah untuk mebawa sebuah ajaran baru dan berbeda dari nabi sebelumnya. Perbedaan bentuk, rupa dan tata cara yang ada hanyalah karena perbedaan kondisi zaman serta keadaan dan kerakteristik manusia yang hidup pada zaman itu. Pentingnya mengenali Islam secara esensial menjadi begitu penting karena sebuah ajaran ketika telah berjalan dalam waktu yang panjang akan sangatlah mungkin untuk menjadi bergeser dan menyimpang. Di dalam Islam terdapat keyakinan bahwa Nabi Muhamad SAW adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah. Dan kebenaran ini menghadirkan tantangan tersendiri yang cukup besar. Tantangannya adalah memastikan Islam tetap sebagaimana hakikinya Islam. Disamping bergesernya pemahaman akan Islam akibat panjangnya waktu yang telah berjalan, tantangan lainnya yang harus disikapi juga adalah perubahan zaman yang terus bergerak dan berubah. Islam tentu dituntut untuk dapat beradaptasi terhadap perubahan dan perkembangan zaman itu sendiri. Bentuk dan penerapan Islam tentu haruslah dapat menyesuaikan dengan keadaan zaman tanpa meninggalkan esensi dari Islam itu sendiri.

Satu contoh yang jelas terkait keadaan zaman adalah jika kita membandingkan keadaan zaman ketika Islam diajarkan dan disebarluaskan oleh Nabi Muhamad dan kemudian dilanjutkan oleh para sahabatnya, kita mendapati keadaan zaman yang cukup berbeda dengan saat ini. Pada masa Islam dibawa dan dikembangkan, di zaman tersebut manusia masih hidup dalam budaya saling takluk menaklukan. Dimana suatu kelompok atau suatu bangsa membesarkan diri dan membangun keagungannya dengan jalan menaklukan kelompok atau bangsa lain. Karena keadaan zaman yang demikian itu pulalah Islam yang sejatinya membawa perdamaian tidak bisa menghindari perang dan penaklukan dalam sejarah penyebarannya. Disinilah kita harus bisa melihat bahwa perang dan penaklukan yang menjadi bagian sejarah dari Islam sesungguhnya hanyalah hal yang ada lantaran pengaruh keadaan zaman. Apakah Islam itu mengajarkan kekerasan? Mengajarkan pembunuhan? Mengajarkan peperangan? Tentu saja tidak! Islam adalah agama damai dan sangat mencintai perdamaian serta menjunjung tinggi persatuan dan persaudaraan. Islam tidak menghendaki peperangan, pembunuhan dan penaklukan. Semua itu pernah mewarnai dan menjadi bagian dari Islam hanyalah sebagai hal yang tidak terhidarkan lantaran zaman. Pembunuhan menjadi sesuatu yang amat terlarang dalam ajaran Islam. Bahkan membunuh seekor semut saja tanpa alasan yang benar menjadi sebuah dosa di dalam Islam.

Dalam sejarah penyebaran Islam memang tidak dapat dipungkiri ada sangat banyak perang dan penaklukan yang mewarnainya. Namun sekali lagi, penting untuk kita ingat bahwa itu semua ada hanyalah lantaran keadaan zaman. Berperang menjadi hal yang tidak terhindari di zaman itu. Di awal penyebaran Islam, ketika nabi Muhamad hijrah dan mengembangkan Islam di Madinah, sesungguhnya beliau telah membentuk dan membangun sebuah pola yang sedapat mungkin menjauhkan perang dan penaklukan. Dibuat dan ditetapkanlah pada saat itu sebuah piagam untuk mengatur kehidupan masyarakat Madinah yang beragam di masa itu. Piagam tersebut dinamai Piagam Madinah. Piagam Madinah dirancang untuk menjadi sebuah aturan yang dapat merangkul berbagai kelompok dan suku yang hidup di Madinah pada masa itu. Orang-orang Anshar, orang-rang Muhajirin, suku-suku Yahudi dan juga suku-suku Arab Badui dirangkul menjadi satu kesatuan ummat untuk dapat hidup bersama dengan rukun dan damai di Madinah. Piagam Madinah benar-benar hadir untuk mentolerir perbedaan keyakinan yang ada pada masa itu dan lebih mengedepankan persatuan dan kesatuan ketimbang memaksakan ajaran Islam kepada kaum non Islam. Piagam Madinah ini adalah sebuah tanda dan bukti bahwa sebenarnya perang dan penaklukan adalah hal yang sangat tidak dikehendaki Islam dan tidak sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Sangat disayangkan memang mendapati kenyataan bahwa konsep persatuan dalam keberagaman yang hendak ditegakan melalui piagam Madinah tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Orang-orang Yahudi yang melalui piagam Madinah telah dirangkul sebagai satu kesatuan ummat dengan orang-orang Muslim, rupanya tidak dapat memegang butir-butir perjanjian yang telah ditetapkan dalam piagam Madinah tersebut. Orang-orang Yahudi sering kali mengingkari butir-butir perjanjian dalam piagam Madinah yang telah diatur dengan baik agar tercipta kerukunan dan kedamaian ummat di Madinah. Mereka hanya bersikap patuh terhadap isi perjanjian manakala mereka sedang berada dalam kondisi yang lemah dan dalam posisi yang tidak menguntungkan. Tapi ketika mereka sedang berada dalam kondisi yang kuat dan dalam posisi yang menguntungkan, mereka tidak mengindahkan perjanjian tersebut dan melanggarnya sesuka hati mereka. Dengan hal yang demikian itu terus terjadi berulang-ulang membuat menjadi jelas dan nyata bahwa mereka memanglah kaum yang tidak bisa berlaku adil dan tidak bisa memelihara penjanjian dengan baik. Prilaku curang dari orang-orang Yahudi yang terjadi berulang-ulang inilah yang kemudian mengakibatkan datangnya perintah untuk memutuskan hubungan dengan orang-orang musyrik tersebut dan juga perintah untuk memerangi mereka sampai mereka benar-benar tunduk. Perintah tersebut dapat kita lihat di surat At-Taubah dalam al-Qur’an. Surat At-Taubah ini merupakan sebuah deklarasi pemutusan hubungan antara orang-orang Muslim dengan orang-orang musyrik dan sekaligus perintah untuk memeranginya. Makna dari surat At-Taubah adalah ‘mentaubatkan’ atau membuat tunduk dengan paksa orang-orang kafir yang tidak bisa memelihara perjanjian dan yang memusuhi Islam tersebut. Deklarasi pemutusan hubungan dan permusuhan tersebut adalah hal yang terpaksa dilakukan walaupun sebenarnya memutus tali silahturahim dan mengadakan permusuhan bukanlah hakikinya ajaran Islam. Oleh karenanya itulah surat At-Taubah ini menjadi satu-satunya surat dalam al-Qur’an yang tidak diawali basmallah. Tidak disertainya surat At-Taubah ini dengan basmallah adalah karena memang perintah yang bawa oleh surat At-Taubah ini tidaklah mencerminkan ajaran Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Tentu haruslah jelas dan jernih pemahaman dan pengenalan kita akan Islam. Haruslah kita memahami bahwa Islam adalah agama damai, yang cinta perdamaian dan membawa misi untuk mewujudkan perdamaian umat manusia. Islam haruslah menjadi rahmat bagi semesta alam. Islam adalah agama yang penuh toleransi dan menjunjung tinggi keadilan bahkan terhadap orang-orang yang berbeda keyakinan. Islam adalah agama yang menyuarakan persaudaraan umat manusia sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan. Islam bukanlah agama yang memaksakan keyakinannya kepada kaum yang lain. Islam adalah agama yang menghormati perbedaan keyakinan dan siap untuk hidup bersama secara adil dengan orang-orang yang berbeda keyakinan. Itulah Islam dan yang seperti itulah Islam. Yang tidak tampil seperti itu bukanlah Islam meski dia melebel dirinya Islam. Orang-orang yang mengaku Islam tapi memecah belah umat manusia, yang berlaku zalim terhadap sesama manusia, yang memaksakan keyakinan dan kekuasaan atas sesama manusia dan yang merasa dirinya paling benar dan suci serta merendahkan manusia lain, meraka itu bukanlah Islam. Islam adalah agamanya manusia karena Islam memang berakar kepada perikemanusiaan. Berakar kepada fitrah Allah yang menurut fitrah itu jugalah Allah telah menciptakan manusia. Karena itu Islam sesungguhnya adalah agama kita semua—umat manusia. Ada nilai-nilai Islam di dalam diri kita semua karena dari sanalah Islam bermula. Dan jika nilai-nilai itu kemudian tampil dan diekspresikan dalam bentuk, rupa atau lebel yang berbeda hendaklah itu tidak membuat kita serta merta memusuhinya. Kenalilah Islam dengan sebaik-baiknya karena Islam adalah satu-satunya jalan keselamatan bagi umat manusia.

Category: Uncategory | Views: 1700 | Added by: edys | Tags: Islam, perdamaian, agama | Rating: 2.5/2
Total comments: 0
ComForm">
avatar