Nasib kita sepenuhnya ditentukan oleh Tuhan, itu sepenuhnya benar.
Nasib kita sepenuhnya ditentukan oleh diri kita sendiri, itu juga sepenuhnya benar.
Kedua hal tersebut memang tampak berbeda dan berlawanan padahal sesungguhnya satu adanya sebagaimana dua sisi dari koin yang satu.

Tantangan sesungguhnya dari hadirnya ujian di dalam setiap situasi adalah kesanggupan untuk selalu memilih cinta di atas kebencian.

Setiap pencinta pastilah akan selalu berusaha mencari jalan untuk dekat dengan yang dicintainya.

Perlakukan orang lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan dan jangan lakukan terhadap orang lain apa yang kita sendiri tidak ingin orang lain melakukannya terhadap kita. Demikian itulah perikemanusiaan itu; perikeadilan itu; cinta kasih itu.

Saat Kau hadirkan resah dan gelisah ke hadapanku ku tahu bahwa Kau ingin agar aku meninggalkan mereka dan pulang ke rumah kedamaian.

Seberapa penting sebuah peraturan bagi masyarakat sangat ditentukan oleh seberapa serius aturan tersebut ditegakan.

Kemerdekaan itu adalah fitrah, kodrat dan haknya setiap manusia. Siapapun yang terjajah pasti akan melakukan perlawanan. Jangankan manusia, bahkan seekor cacing pun melakukan perlawanan ketika teraniaya.

Pada akhirnya hanya cinta dan keridhoan-Nya saja yang benar-benar bernilai.

Rasa takut dan gelisah adalah penanda bahwa kita telah membuat jarak dengan-Nya.

Tidak ada yang salah dengan semua rasa yang kita punya. Cinta, bahagia, bangga, takut, marah, sedih, kecewa, dan segala rasa ada. Semua itu ada dan hadir untuk membimbing kita kepada satu muara rasa dan menuntun kita pulang ke dalam pelukan kedamaian.